Kamis, 27 Juni 2013

(JANGAN!!!) Terbelenggu dalam Penantian

Ini bukan sekedar deretan kata sedih dari penulis abal-abal yang sekaligus seperti penyebar virus galau. Namun mengertilah, bahwa selalu ada pesan yang ingin aku sampaikan bahkan dari satu huruf saja.

Aku tidak suka menunggu. Namun bagaimana lagi? Aku bukan penyusun awal yang baik untuk bakal cerita kita nanti.
Aku lebih tidak suka ditunggu. Namun bagaimana lagi? Aku juga bukan pengakhir cerita yang bijak.

Lalu bagaimana rasanya menanti dan menikmati punggung tanpa mendapat sandaran? Masih bisa bilang bahagia?
Aku cukup paham dengan keberadaan mata yang ada di muka, bukan di punggung. Namun memang segalanya harus memerlukan latihan, termasuk menatap mata seseorang.
Aku berharap bahwa ini hanyalah kekaguman terhadap seseorang secara berlebihan dan nyaris tak berbatas. Bukan perasaan jatuh cinta yang tidak pernah jelas.

Tidak bisa melakukan apapun untuk seseorang yang berhasil menyergapku dengan pesonanya, memang terdengar menyedihkan. Bahkan sebuah sapaan datar pun belum pernah dilakukan. Apalagi pengakuan sewajarnya mengenai hal-hal sepele semacam "Warna bajumu hari ini membantumu untuk terlihat lebih segar". Kenyataannya, aku masih menyusun rangkaian kalimat itu dalam hati. Kali ini kau harus percaya bahwa kalimatku tulus. Tidak ada yang dibuat-buat.

Diam di tempatku sambil memutar-mutar penaku untuk membentuk namamu. Hanya sebatas itu yang mampu aku lakukan untuk menyapamu. Sementara ini, biar udara yang aku beri amanah untuk menyampaikannya kepadamu.
Memiliki pesona sepertimu agar kekagumanmu atas diriku setara dengan kekagumanku terhadapmu, nyaris terdengar mustahil, namun masih bisa dilakukan. Selama aku masih bersua dengan kertas-kertasku, biarkan aku berusaha membuatnya nyata.

Bersabar, atau nikmati saja. Rasa-rasa itu juga pasti mengerti kapan dia akan pergi. Waktu akan membantu dengan pasti, walau tidak sekarang.
Bersabar, atau menanti saja. Semesta akan berlaku adil pada setiap jiwa yang tulus dan mengerti. Waktu akan menghadirkan sosok yang dinanti, walau tidak sekarang.

Dan untuk waktu-waktu yang telah aku luangkan untuk memikirkanmu selama ini, akan aku tagih suatu hari... :)

Rabu, 12 Juni 2013

Selamat Ulang Tahun, Dua Lelaki Hebatku

Surabaya, 09 Juni 2013

Selamat ulang tahun, untuk dua lelaki terhebatku.
Semoga panjang umur, sehat, selalu membanggakan, dan menjadi dua orang lelaki yang selalu menjadi kesayanganku.
Tepat dihari itu, mereka berganti usia. Ayahku berulang tahun yang ke 52 tahun, sedangkan Masku berusia 21 tahun.

Satu yang harus dunia tahu, bahwa aku sangat menyayangi mereka. Mereka ibarat sendi ditubuhku, yang mengokohkan aku, menggerakkanku, juga selalu memberiku ruang untuk bergerak bebas tanpa lupa selalu menjagaku. Mereka lebih dari segalanya, dua sosok yang membuatku mengerti bahwa hidup harus berjuang. Mereka adalah alasan mengapa aku di sini, berusaha memampukan diri untuk menunjukkan kepada dunia bahwa aku ada. Iya, mereka. Memiliki ruang tersendiri di salah satu bagian nyawaku.

Selamat ulang tahun, hadiah spesial dari Tuhan... :* :)

Jumat, 07 Juni 2013

Imajinasi

Alam selalu memiliki cara
Bagaimana memeluk hati yang sendiri
Membuat katup mata terbuka
Terbelalak sakit, namun membuatku mengerti

Keberadaanmu hanyalah kiasan
Penciptaan dari imajinasku sendiri
Kita tak pernah benar bersama
Inilah ilusi teruntuk hati yang tak terisi

Kesalahanku adalah menganggapmu ada
Menghalalkan segala bentuk mimpi
Sekarang aku tak menghindar
Hanya tak ingin ceroboh lagi

Kamis, 06 Juni 2013

Tertunda

Kita menunda pertemuan itu lagi
Adakah titik sesal di salah satu sudutmu?
Atau hanya aku yang menanti pertemuan ini?
Bukan hanya kecewa
Namun aku juga harus menahan rinduku lebih lama lagi

Cerita antara aku dan kamu
Memang telah lewat sejak lama
Kalaupun hatiku sudah terisi cerita lain
Namun tidakkah waktu menyisihkan pertemuan ini
Setidaknya memastikan bahwa kita tetap baik-baik saja

Tidakkah kau rindukan rona merah di kedua pipiku?
Aku merindukan tangan gugupmu yang tersembunyi di dalam saku
Tidakkah kau rindukan hiruk-pikuk di tengah keramaian kota ini?
Aku merindukan saat aku kalah beradu makan dan harus mentraktirmu

"Waktu Tuhan lebih indah...," katamu.