 |
be HAPPY! |
Saat masih kecil, aku
memiliki keinginan untuk melindungi orang lain, namun tidak bisa melakukannya.
Atau terkadang, sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang butuh dilindungi.
Namun ketika sudah besar, ketika aku memiliki kesempatan dan kemampuan untuk
melindungi orang lain, aku terlalu banyak berpikir sebelum benar-benar
memberikan perlindungan.
Ada banyak hal yang bisa
dilakukan saat sudah besar. Dan pilihan YA atau TIDAK selalu berebut untuk
dipilih.
“Mendewasa dengan
bijaksana.”
Apakah itu berarti
tetap bahagia meski banyak yang menentang?
Atau menjaga perasaan
orang lain meski terluka bisa disebut dewasa?
Apakah bekerja pagi
sampai malam untuk suatu pihak tanpa peduli kesehatan juga bisa disebut dewasa?
Terus terang, aku
canggung menemui diriku yang usianya berubah menjadi kepala dua hanya dengan
tidur semalam. Seperti banyak yang bertanya, “Apa yang sudah kamu lakukan?” “Akan
melakukan apalagi setelah ini?” “Sudah membahagiakan berapa orang?”. Kalau
benar-benar ada yang bertanya, aku pasti gelagapan dengan penuh rasa bersalah.
Nyatanya, tumbuh
besar dan harus dewasa, tidak semenggemaskan yang aku pikirkan saat masih
kecil. Tapi apapun itu, bolehkan aku bahagia dengan apa yang aku lakukan? Dulu
aku sempat bercita-cita untuk membahagiakan seluruh orang di dunia ini. Tapi
aku sadar itu tidak mungkin. Karena aku akan tetap salah di salah satu mata
bahkan saat aku berbuat baik.
Menjadi pemberani agar bisa melindungi orang lain.
Menulis tanpa mengusik kehidupan siapapun.
Menyayangi orang lain meskipun tak satupun yang
memanggilnya sayang.
Tidak jadi pendendam meskipun mudah melakukannya.
Maafkan kesalahan orang lain meski seseorang tidak
mudah meminta maaf.
Membantu orang lain meski pernah tidak terbantu.
Memberi kesempatan orang lain meski pernah
mengemis agar diberi kesempatan.
Mendekati orang yang menjauh dan tidak punya teman karena
orang seperti itu butuh lebih banyak pelukan.
Membantu orang yang dinilai jahat karena dia butuh
lebih banyak kasih sayang.
Jangan memaksakan diri untuk membahagiakan semua
orang. Nanti malah tidak bahagia.
Hidup dengan penuh kasih sayang.
Iya. Sebenarnya masih banyak lagi yang harus
dilakukan. Tapi untuk saat ini, aku akan mendahulukan kebahagiaan. Aku akan
belajar sambil berjalan.
Meski mudah marah, tapi aku tidak pernah sampai hati untuk membenci.
Selamat berusia dua puluh.
Bahagialah dengan mudah.