Kamis, 13 Maret 2014

Tuhan dan Aku Sayang Kamu

Membolos kuliah hari ini tidak aku rencanakan - walaupun aku melakukan persiapan. Aku bukan dokter atau dukun, tapi aku sama dengan manusia-manusia normal lainnya, yang mempunyai firasat kapan akan sakit.

Sebenarnya aku tidak ingin pamer bagaimana bisa aku sakit dan aku sedang sakit apa. Hanya saja, saat ini aku ingin berbagi cerita tentang hal-hal yang membuatku terus berpikir walaupun sedang sakit. Salah satunya, kedatanganmu...

"Mayoritas sakit itu disebabkan oleh pikiran. Apa kamu berpikir terlalu berat belakangan ini?" katamu yang sudah seperti manusia 2 profesi; dokter dan hakim.

"Kan kamu pernah bilang kalau aku nggak punya otak. Jadi, gimana mungkin aku bisa sakit karena terlalu banyak berpikir?"

"Benar juga. Kamu memang nggak pernah berpikir. Terus kenapa bisa sakit?"

"Sejak kapan penyebab sakitku bisa begitu penting buat kamu?"

"Penyebab sakitmu tidak begitu penting buat aku kalau kamu tidak memanggilku ke sini. Aku hanya berpikir bahwa kamu bukan sakit yang seperti biasanya."

Aku diam. Sambil terus menatapi teh panas yang berganti nama menjadi teh dingin. Aku tidak tahu apa yang mendasari diriku untuk menghubungimu di saat-saat seperti ini. 

"Aku mau men-stop publish bukuku."

"Maksudnya?"

"Menghentikan cetak bukuku. Entah apa istilahnya. Intinya, bukuku harus berhenti diterbitkan."

Sekarang kamu yang diam. Aku menatapimu, berusaha menerka apa yang kamu pikirkan.

"Boleh saja," katamu sambil membalas tatapanku.

"Kamu mendukungku?"

"Memangnya, sejak kapan aku tidak mendukungmu?"

"Terima kasih..."

"Lalu, kapan hari tepatnya pembunuhan itu berlangsung? Kapankah kamu, selaku orang tua, membunuh anakmu sendiri - yang bahkan belum sempat menjadi balita?"

"Aku tidak mau menjadi pembunuh. Kamu belum tahu kondisi yang sekarang. Aku bingung mesti gimana lagi."

"Aku tahu, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah punya otak. Tapi setidaknya, untuk menjadi orang baik dan bijaksana, masih bisa menggunakan hati."




-14 Maret 2014-
Di antara Surabaya yang kadang gigil, kadang terik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar