Sabtu, 29 November 2014

Sebab Aku Menulis

Aku menulis sebab...

Saat aku menggambar ice cream, dosenku mengira itu obor.
Saat aku menghibur anak tetanggaku dengan menggambar strawberry, dia menyebutnya nanas.

Ketika seseorang memintaku menggambarmu, aku takut tidak seperti kamu.
Jadi saat itu aku putuskan menggambar bentuk hati untuk menjelaskan bahwa kamu adalah hati. Atau kalau gambar hatiku masih belum juga bagus, beri aku kesempatan terakhir untuk menulis "I Love You".

Hanya itu yang bisa aku lakukan.
Maksudku, jangan melarangku menulis tentangmu saat aku masih masih dan masih mencintaimu.


Dingin

Pacet, 15 November 2014

Jumat, 07 November 2014

Bahu yang Lama Tidak Dijamah

Bila memelukmu masih terlalu jauh. Bisakah kamu hanya menyapaku malam ini? Malam ini saja. Hanya menyapa. Aku berjanji tidak akan meminta lebih.

Di hari sebelum hari ini, kamu yang lebih dulu meminta untuk bertemu. Namun tetap saja, aku selalu menjadi yang paling terakhir menahanmu pergi. Iya. Sejak sering berpisah denganmu, aku menjelma menjadi perempuan yang tak pernah kenyang dengan pertemuan. Rasanya, seperti rindu dan takut kehilangan dijadikan satu.

Dua orang yang saling melarang namun sama-sama tidak bisa memuaskan. Dua orang yang takut ditinggal dan meninggalkan namun sama-sama tidak bisa bertahan. Dua orang yang sama-sama berpikir, "Haruskah aku tinggalkan, namun bagaimana bila dia mencariku, menungguku?" Dua orang yang berusaha sebisa mungkin mencegah perpisahan tanpa harus ada yang terluka, namun tidak sadar bahwa keduanya sedang terluka.

Semacam dua pasang bahu yang sudah lama tidak dijamah. Atau dua pasang lengan yang terlalu pendek untuk memeluk diri sendiri. Aku terlalu dalam mencintaimu sampai-sampai tidak bijaksana terhadap diri sendiri. Bila tidak ada kamu di sini, aku pelit untuk tersenyum kepada yang selain kamu.

Tawamu terlalu berharga untuk dikandaskan,
hai-mu selalu memintaku untuk menunggu.

Aku mau.