Selasa, 26 April 2016

[PUISI] Batas - AADC2

Beberapa kata ingin dibaca, beberapa suara ingin didengar, dan beberapa rasa ingin dibalas. Pertama kali membaca puisi berjudul "Batas" yang ditulis oleh Aan Mansyur untuk film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC2), ada kombinasi kata-suara-rasa yang juga ingin saya sampaikan kepada seseorang. Kepada Aan Mansyur, terima kasih sudah menulis puisi yang begitu lembut. Meski mungkin, ketika menulis puisi ini Aan Manyur memposisikan diri sebagai "Rangga", namun apapun itu, saya tetap ingin membacakan juga untuk orang lain.

Beberapa pesan hilang sebelum sampai kepada penerima. Beberapa mengalami penolakan sebelum sempat di tangan. Beberapa sampai namun tak terbaca. Dan beberapa yang lain telah dibaca namun tak sempat dibalas.

Selamat mendengarkan puisi yang saya bacakan. Semoga menyentuh hatimu.




oleh: Aan Mansyur
Semua perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.
Seorang ayah membelah anak dari ibunya — dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.
Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.

Minggu, 03 April 2016

Hari Rabu yang Biru

Waktu adalah perkara yang tak pasti
Sementara kekuatan menunggu
sangat bergantung pada bagaimana jalannya imajinasi saat itu
Di hari Rabu, kamu datang lebih dulu
beserta minumanku yang sudah ada di atas meja
Yang aku ingat, kita tersenyum bersamaan meski kamu yang melambai ke arahku lebih dulu

Kamu bertanya tentang usia dan cita-cita
Sebelum pada akhirnya menjadi pencerita tak kenal waktu
Aku tertarik dengan cerita keluargamu
Memikirkan mereka sambil membayangkan jamuan makan malam di sana
Membayangkan gelak tawa mereka yang dihasilkan oleh perempuan yang mencintaimu ini

Dinginnya udara sepakat dengan pertemuan kita malam itu
Mereka tak mau berhembus selain ke arahku
Menjadi beku belum pernah sedamai ini sebab pilihan terbaik ada di hadapanku
Meski waktu selalu tidak setuju dan menuju ke jalan yang ia mau

Jumat, 01 April 2016

Aku dan Cerita yang Ingin Didengar

Pernah sekali aku menghubungimu - tentu saja setelah rasa rinduku sudah lama mendekam hebat - dengan tujuan mencari tahu kabarmu, kesibukanmu, kesehatanmu, dan sedikit jadwal kosong yang mungkin bisa kita gunakan. Tapi yang aku dapat hanya rasa bersalah karena telah menyita waktumu yang berujung pada sakit hati sendiri.

Aku bukan perempuan yang akan menyuruhmu memilih antara pekerjaan atau aku. Sebab aku jatuh cinta dengan lelaki super sibuk. Lelaki yang di dalam otaknya sudah tertanam tentang gambaran masa depan yang serba baik-baik saja. Lelaki yang memegang erat peribahasa "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian". Aku jatuh cinta. Jatuh cinta dengan lelaki yang berjuang keras bagaimana agar keluarganya nanti hidup dengan kenyamanan - meski di saat bersamaan, terus terang, aku mencemaskan masa muda yang kamu habiskan untuk masa depanmu.

Sebab bila aku memikirkan lelaki sepertimu yang terbiasa super sibuk, yang tidak menghabiskan waktu untuk basa-basi, apakah masih memerlukan aku di hidupnya? Teman bicara sepertiku, apakah masih dibutuhkan di kehidupan yang terlampau hening? Tanpa bermaksud merusak konsentrasimu, sungguh. Masih maukah mendengar tentang ceritaku? Cerita tentang pengikut instagramku yang tak kunjung bertambah, tentang jerawat yang semakin dahsyat bila aku memakai bedak agak tebal, dan tentang adegan-adegan di drama Korea yang entah kapan membuatku bosan. 

Kepadamu, dari aku dan ceritaku, apakah kamu mau mendengarnya? Hubungi aku segera setelah kamu membaca. Aku paham tentang batasan.