Rabu, 27 Agustus 2014

Arti Kata

Katakan apa inginmu tanpa menyebut banyak makna tersirat
Aku buta huruf bila kata-kata kamu tulis di pikiranmu
Aku pandai menebak
Tapi aku tak memiliki ilmu khusus agar tebakanku tepat sasaran

Apa arti ini, apa arti itu
Bahkan kata ‘terserah’ yang sering kamu ucapkan tak kumengerti juga maknanya
Apa arti ini, apa arti itu
Kata ‘pergi’ dan ‘pulang’ yang selalu kamu ucapkan juga selalu tertukar maknanya

Mungkin aku hebat dalam menunggu
Namun aku tak menjamin tetap di tempat saat kamu lama tak menjemputku
Aku mudah sakit bila kena hujan atau panas
Jadi setidaknya beri aku payung bila kamu tak bersamaku

Di bagian ini aku menangis
Mengasihani diri sendiri yang tak bisa menyelesaikan masalah dengan tuntas
Andai  satu masalah bisa diselesaikan dengan satu puisi
Akan kubuatkan seribu puisi untuk menyelesaikan masalah di kehidupan mendatang

Di Kehidupan yang Lain

Tetaplah dipihakku bahkan saat tak seorang pun melakukannya
Tetaplah berjalan ke arahku bahkan saat kakiku sama sekali tak bergerak
Karena di kehidupan yang lain, aku menyambut senyummu tanpa sedikitpun rasa duka

Aku ingin menjadi orang yang selalu menahanmu tinggal meskipun dalam bahaya
Aku ingin selalu menjadi orang yang berani berkata baik-baik saja bahkan saat sedang didera
Karena di kehidupan yang lain, kita sedang berdiri tegar di atas usia yang tak menua

Menguatlah saat hasrat rindumu tak dijamu dengan ramah
Menguatlah bila inginmu memeluk disambut dengan takut
Karena di kehidupan yang lain, kita berjalan bersama tanpa berjuang dan berdoa agar bersatu

Tetaplah menunggu
Tetaplah menunggu lagi
Karena di kehidupan yang lain, asing bagi kita melakukannya

Senin, 25 Agustus 2014

Hubungan Sangat jarak Jauh

Bukankah pada akhirnya
Dua orang yang berhubungan jarak jauh
Hanya bisa melarang tanpa memuaskan
Hanya bisa membuat rindu tanpa menyembuhkan

Mengapa baru diungkit sekarang
Sedangkan jalannya cerita telah diputuskan
Katanya pertengkaran bisa berkurang
Dengan tetap saling mencintai tanpa ada hubungan

Karena bisa sedekat ini
Akan menyenangkan bila bertemu tanpa perpisahan
Tidak akan menyedihkan bila tidak bertemu dalam waktu lama
Pelanggaran dan larangan tidak berlaku untuk yang tidak berhak

Biarkan kita berada pada tempat yang jauh tanpa memiliki ikatan
Dengan begitu kita tidak memiliki alasan untuk merindu
Biarkan kita berada pada tempat yang jauh tanpa memiliki ikatan
Dengan begitu tidak boleh ada yang patah hati bila salah satunya mencintai yang lain

Senin, 18 Agustus 2014

Bandara

Tak pernah sepi, namun bukan tempat rekreasi
Di sini banyak ditemui orang menangis
Menangis bahagia, juga menangis sedih
Di sini juga ada banyak hal yang dinamakan pertemuan dan perpisahan

Aku takut dengan hanya membayangkan tempat ini
Entah ke mana tujuannya
Dalam pikiranku hanya ada kata jauh
Sesuatu yang meninggi, kemudian menghilang tak terjangkau mata

Aku tidak ingin memelukmu bila untuk melepasmu
Aku tidak ingin berangkat denganmu ke tempat ini
Bila akhirnya aku pulang ke rumah sendirian
Pergilah saja tanpa aku tahu

Sebab Jauh

Sebab jauh memberitahu kita betapa indahnya rasa rindu
Sebab jauh mengajarkan kita cara menghargai dekat
Sebab jauh membuat pelukan terasa semakin hangat
Sebab jauh menyadarkan kita tentang banyaknya kebaikan yang sempat disiakan
Sebab jauh mengingatkan kita untuk berdoa dan memastikan seseorang tetap aman
Sebab jauh menyelamatkan pertemuan yang sempat dihindari
Sebab jauh meyakinkan hati tentang siapa yang sebenarnya paling ingin ditemui
Sebab jauh menjadikan dulu semakin indah untuk dikenang
Sebab jauh menghadirkan berbagai moment kebahagiaan dalam pikiran
Sebab jauh menghindari alasan-alasan perpisahan
Apalagi yang kamu salahkan kepada jauh,                   
sedangkan dia melakukan banyak hal yang seharusnya bisa membuat bahagia?

Pelukan Pesan Teks

Aku egois
Tak mau mengobati rindu bila sebentar, ditinggal pergi
Aku serakah
Tak bisa sembuh rindunya bila hanya lewat perangkat selular

Bahagiaku tidak cukup bila hanya membayangkanmu bahagia
Aku takut salah menebak dan mengartikan
Suaramu yang tertawa, barangkali diikuti air mata yang deras
Aku membalasmu dengan tawa padahal bahu yang kamu butuhkan

Begitu banyak yang harus diyakinkan
Ucapan ‘baik-baik saja’ semakin terdengar tidak baik
Entah mengapa masih ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan
Bahkan untuk dua orang yang sangat ingin bersatu

Jangan ada yang disalahkan
Memelukmu dengan cara ini {} juga butuh perjuangan
Walaupun kamu tidak tersentuh
Percayalah hatiku tetap berusaha

Kamis, 14 Agustus 2014

Tidak Cukup Dekat

Aku tidak mengharapkan sesuatu darimu yang sudah diberikan orang-orang terbaikku. Tapi setidaknya, dari ucapanmu aku ingin mengerti bahwa kita masih bisa berteman.

Kemarin, selain merasa sangat bahagia karena mendapat banyak kejutan, aku juga merasa bersalah. Gara-gara aku pernah mencintaimu, kita jadi tidak bisa cukup dekat – bahkan hanya untuk mengucapkan “selamat ulang tahun”.

Aku tidak menyalahkanmu. Aku yang melakukan kesalahan.

Rabu, 13 Agustus 2014

Be HAPPY!

be HAPPY!
Saat masih kecil, aku memiliki keinginan untuk melindungi orang lain, namun tidak bisa melakukannya. Atau terkadang, sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang butuh dilindungi. Namun ketika sudah besar, ketika aku memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melindungi orang lain, aku terlalu banyak berpikir sebelum benar-benar memberikan perlindungan.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat sudah besar. Dan pilihan YA atau TIDAK selalu berebut untuk dipilih.

“Mendewasa dengan bijaksana.”
Apakah itu berarti tetap bahagia meski banyak yang menentang?
Atau menjaga perasaan orang lain meski terluka bisa disebut dewasa?
Apakah bekerja pagi sampai malam untuk suatu pihak tanpa peduli kesehatan juga bisa disebut dewasa?

Terus terang, aku canggung menemui diriku yang usianya berubah menjadi kepala dua hanya dengan tidur semalam. Seperti banyak yang bertanya, “Apa yang sudah kamu lakukan?” “Akan melakukan apalagi setelah ini?” “Sudah membahagiakan berapa orang?”. Kalau benar-benar ada yang bertanya, aku pasti gelagapan dengan penuh rasa bersalah.

Nyatanya, tumbuh besar dan harus dewasa, tidak semenggemaskan yang aku pikirkan saat masih kecil. Tapi apapun itu, bolehkan aku bahagia dengan apa yang aku lakukan? Dulu aku sempat bercita-cita untuk membahagiakan seluruh orang di dunia ini. Tapi aku sadar itu tidak mungkin. Karena aku akan tetap salah di salah satu mata bahkan saat aku berbuat baik.

Menjadi pemberani agar bisa melindungi orang lain.
Menulis tanpa mengusik kehidupan siapapun.
Menyayangi orang lain meskipun tak satupun yang memanggilnya sayang.
Tidak jadi pendendam meskipun mudah melakukannya.
Maafkan kesalahan orang lain meski seseorang tidak mudah meminta maaf.
Membantu orang lain meski pernah tidak terbantu.
Memberi kesempatan orang lain meski pernah mengemis agar diberi kesempatan.
Berbahagia.
Mendekati orang yang menjauh dan tidak punya teman karena orang seperti itu butuh lebih banyak pelukan.
Membantu orang yang dinilai jahat karena dia butuh lebih banyak kasih sayang.
Jangan memaksakan diri untuk membahagiakan semua orang. Nanti malah tidak bahagia.
Hidup dengan penuh kasih sayang.
Jangan lupa tersenyum!

Iya. Sebenarnya masih banyak lagi yang harus dilakukan. Tapi untuk saat ini, aku akan mendahulukan kebahagiaan. Aku akan belajar sambil berjalan.

Meski mudah marah, tapi aku tidak pernah sampai hati untuk membenci.
Selamat berusia dua puluh.
Bahagialah dengan mudah.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Putar Balik, Perempatan Belok Kanan

"Kita nggak nyasar, kan?”
“Kalaupun iya, anggap saja kita lagi jalan-jalan.”
Kalimat bodoh darimu manakah yang tidak membuatku tenang?
“Kalau tiba-tiba kita nyasar sampai Jepang, gimana?”
“Nanti aku ambilkan bunga sakura.”
Kalimat bodoh dariku manakah yang tidak kau bahagiakan?

Bodoh.

Laju motor diiringi bunyi dari mesin yang terlambat diservis. Begitupun punggungmu yang terus mengundang kehangatan karena terlambat aku peluk.

Aku memutuskan turun sebentar untuk menyelesaikan kebodohan ini. Setidaknya menghentikan motor ini melakukan pelanggaran lalu lintas lebih banyak lagi.

Kali ini hanya tatapanmu yang menemaniku berjalan. Telingamu berusaha mendengar dari jarak 5 meter. Kamu hampir turun padahal aku sudah cukup. Aku berjalan kembali tetap ditemani tatapanmu yang kali ini mengisyaratkan aku untuk lebih cepat.

Berlebihan.

“Kata Bapak tadi kita harus putar balik dulu, terus perempatan belok kanan. Setelah ada pertokoan, lampu lintas,…”
“Ya sudah kalau gitu kapan-kapan saja ya, aku ambilkan bunga sakura.”

Hangat.

Kota Surabaya
Pertengahan tahun