Jumat, 31 Mei 2013

House of Sampoerna

Surabaya, 28 Mei 2013

Rencana tak terduga yang sifatnya mendadak, kemungkinan besar terkabul. Aku bisa membutikan kalimat itu setelah mengalami kejadiannya beberapa hari lalu. Saat kuliah kosong, aku, Lonna, Fida, dan Risa jalan-jalan ke House of Sampoerna. Temen-temen yang lain udah ada yang pernah ke sini. Buat hunting foto bagus katanya. Karena penasaran, akhirnya ke sana.

Ini beberapa foto kita...




  
 


Setelah beberapa menit di sana, tiba-tiba ditawarin dengan salah satu penjaga yang di sana untuk naik bus. Nanti diajak muter-muter di sekitar sana tanpa dipungut biaya alias gratis. Tanpa pikir panjang, kita langsung mengiyakan.


Saat di bus, dipandu oleh pemandu yang ada di sana. Diberi penjaelasan tentang lokasi bersejarah yang ada di Surabaya. Dan juga tempat yang menjadi saksi pada jaman penjajahan dahulu.
Kami juga mampir ke salah satu kelenteng tertua yang ada di Surabaya.



Well, itu tadi sedikit penjelasan tentang jalan-jalanku. Semoga bisa menjadi referensi buat temen-temen yang mungkin suka banget jalan-jalan, hunting, dan sebagainya.

Dan buat Fida, Lonna, dan Risa. Makasih untuk pengalaman pertamanya... :)

Rabu, 29 Mei 2013

Melebur

Meleburlah wahai malam
Pergilah, Bintangku...
Terangi yang kau ingin lebih
Berjanjilah untuk tak ada lagi sapa
Sebab aku takut
Takut pertahananku runtuh
Untuk kesekian kalinya

Detak-Irama

Irama gerakan kakiku berusaha menyeimbangkan detak jantung yang tak beraturan
Aku mulai acak-acakan, tidak bisa duduk tenang
Kau belum mengerti berapa kali aku meredam detakan yang menjengkelkan itu
Berulang aku mengelus dadaku agar suara di sana tidak terdengar olehmu

Keras, dan mengeras...
Berapa lama lagi aku di posisi seperti ini?
Detakannya sampai ke kepala, kau tau?
Kau ingin membunuhku perlahan, atau bagaimana?

Ini sejak pagi, dan sekarang sudah malam
Lelahnya jauh lebih melelahkan dari pada marathon
Karena aku tidak mengerti sampai kapan
Bahkan garis finish pun, belum aku ciptakan

Beri tahu aku...
Apalah arti sejengkal apabila hati masih begitu jauh
Apalah arti sejengkal apabila berbisik "Aku mencintaimu" masih begitu berat
Apalah arti sejengkal apabila jeritan hati yang begitu keras tidak pernah ingin didengar

Sabtu, 25 Mei 2013

Kau Hanya Tidak Tau

Entah berapa banyak pembualan yang telah kau lakukan
Hingga meluas, lalu menyebar ke berbagai sudut
Mengapakah hanya mengucap apa yang kau pikirkan
Tidakkah ada sudut pandang yang lain selain itu

Kau hanya tidak tau
Betapa aku berusaha menjaga banyak hati begitu tau
Kau hanya tidak tau
Aku telah melukai hatimu, hatinya, terlebih hatiku sendiri

Aku tidak dewasa, namun berusaha untuk mendewasa
Bukanlah kepintaran yang membuatku ingin
Namun keinginan untuk selalu belajar
Kehangatan, dan cita-cita...

Dingin

Dari balik hati yang dingin
Adalah punggung yang hangat
Dari balik jarak yang mendekat
Adalah langkah kaki menjauh

Memandangimu begitu-begitu saja
Memendam segalanya sebagai penyelamatan
Adalah kesabaran hati yang tulus dan bodoh
Ataukah hanya menikmati pengabaian berulang

Minggu, 19 Mei 2013

Sekejap, Lalu Menghilang

Seperti bintang jatuh
Tak sanggup kupandangi lama-lama
Yang hanya lewat
Sekejap, lalu menghilang

Seperti pelangi
Hadir di waktu yang tepat
Begitu indah, namun cepat berganti
Sekejap, lalu menghilang

Seperti senja
Rutin hadir, juga rutin pergi
Begitu mendamaikan, namun tak lama
Sekejap, lalu menghilang

Bisakah kau tinggal lebih lama lagi
Atau selamanya ada untukku
Bukan hanya damaimu yang kubutuhkan
Namun di sinilah seharusnya kau ada

Aku telah cukup lama di tempatku
Menunggu hadirmu, lalu menangisi pergimu
Tetaplah ada
Jangan sekejap, lalu menghilang...

Sabtu, 18 Mei 2013

Betapa melelehnya saat mendengar sebuah pendapat yang keluar dari mulutmu.
Kau hanya belum mengerti betapa hebatnya dirimu.
Apakah penilaianku sangat tidak adil?
Aah, padahal aku hanya ingin mengagumi kecerdasanmu, sekali lagi...

Seperti Apa Rasanya?

Ternyata sakit...

Mengumbar sebuah kebohongan kepada dunia bahwa aku tidak mencintaimu, aku bisa saja melakukannya. Namun tulisan-tulisanku, mana sanggup berbohong?
Aku pernah bercerita atau mengungkit cerita masa lalu, dan yang lain-lain... Padahal toh sebenarnya tidak seperti itu. Aku begitu mencintai duniaku yang sekarang, karena ada kamu...
Iya, kamu. Tokoh utama dari tulisan-tulisanku selama hampir setahun ini. Terlalu lama? Tidak. Aku berusaha menikmati keberadaanmu. Yaaa, meski aku dan kamu masih begitu jauh meski jarak sebenarnya hanyalah sejengkal.

Bagiku, dengan cara berteman dekat dengan banyak laki-laki, tentu saja belum pernah sebahagia saat aku denganmu. Meski aku sering hanya sebatas memandang punggungmu.
Aku hanya ingin mencoba bagaimana rasanya apabila aku menerima lelaki yang datang kepadaku. Ya, aku bahagia. Tapi tetap saja masih beda rasanya apabila itu adalah kamu.

Saat aku bersama laki-laki lain, entah orang lama ataupun orang baru. Itu hanyalah upayaku untuk berusaha membunuh rasa cintaku untukmu yang sudah sangat hebat. Aku berusaha membohongi diri sendiri, bahwa sebenarnya aku tidak mencintaimu. Aku juga ingin mengisyaratkan padamu bahwa aku sudah bisa bahagia dengan laki-laki lain meski tanpamu.
Tapi ternyata, rasanya semakin sakit.

Jangan menatapku seperti itu.
Itu semakin membunuhku, kau tau...
Datanglah bila kau sudah siap dan saat rasaku masih ada. Aku tak pernah memaksamu.
Percayalah, aku sudah pasti mencintaimu.
Dan semoga, kita bertemu bukan pada waktu yang salah...

Jumat, 17 Mei 2013

Beri Aku Ruang

Apabila aku telah memenuhi ruang di sudut hatimu
Harusnya kau jaga, jangan sampai merusak apapun
Aku punya banyak mimpi, dan semoga kau juga
Seandainya kau tau bahwa mimpi harus digapai
Mungkin kau takkan memaksa dan menyulitkan hatiku seperti ini

Aku memimpikan seseorang itu telah lama
Kau tau, dan seharusnya kau juga memahami
Aku tidak membenci siapapun di dunia ini
Aku mencintai segala yang Tuhan ciptakan
Termasuk kamu, terutama dia

Saat aku mencintai dan menyayanginya
Di saat itu lah aku merasa ada kehidupan dalam hidupku
Aku lebih berarti untuk ingin berbuat lebih
Dan saat kau datang, seakan kau mematikan seisi ruang hidupku
Aku berusaha menjaga banyak hati, meski hatiku mulai sakit

Beri aku ruang...
Untuk mencintai seseorang itu
Menikmati waktuku, bermimpi untuk bisa bersama seorang yang aku sayang
Aku tak pernah memintamu untuk memberi apa yang aku inginkan
Aku hanya ingin kau memberiku ruang kesempatan untuk kukejar mimpi-mimpiku sendiri...

Kamis, 09 Mei 2013

Dialog Hari ini

Surabaya, 08 Mei 2013

"Selamat pagi..." sapaku sambil tersenyum kepada bumi dan seisinya.
Tersenyum dan mengucapkan selamat pagi setelah bangun tidur, dapat merangsang energi positif masuk ketubuh kita. Benar tidaknya, itu adalah harapan dan doa. Dengan memulai hari dengan tersenyum, maka dunia juga pasti akan tersenyum bahkan lebih merekah.
"Sudah siap memulai hari?" kata pagi.
"Harus. Tuhan membuka mataku hari ini karena aku ditugaskan untuk mengubah dunia dengan mimpi-mimpi indahku," jawabku dengan tersenyum yang sedikit sombong.
"Baik. Jika begitu, berangkatlah untuk menuntut ilmu. Lalu berjanjilah untuk pulang membawa sesuatu yang bermanfaat," kata pagi lagi.
"Iya, iyaaa," jawabku meyakinkan sambil bersiap berangkat.
"Hati-hati di jalan. Dan jangan lupa untuk pulang dalam keadaan tersenyum," kali ini rumah ikut berbicara.

Sesampai di tempatku...
"Hai..." kampus menyapaku lebih dulu.
"Hai juga..." senyumku lebih merekah kali ini.
Aku berjalan menuju lantai 3 setelah memarkirkan kendaraanku. Sama seperti yang lain, kelas juga menyapaku dengan sangat ramah.  Aku duduk di tempatku, dan melakukan aktifitas seperti biasanya.

Hari semakin siang. Suhu semakin panas. Otak mulai lelah, namun seharusnya senyum tetap merekah. Mengapa setiap orang harus berteriak bila ingin ucapannya didengar? Mengapa sebagian besar orang mengambil keputusan sepihak tanpa menanyakan terlebih dahulu? Aku hanya ingin menerima hak setelah kewajiban telah aku penuhi. Itu hakku, dan kamu tidak seharusnya merasa kehilangan setelah hakku kamu berikan untukku, bukan?
"Sabarlah, jangan ikut berteriak," sisi kanan berbicara.
"Semua berteriak, mengapa kau diam saja? Berteriaklah! Kau punya hak untuk memilih. Jangan biarkan seorang pun memilihkan jalan untukmu," sisi kiri menyahut.

Sore hari, suhu tidak begitu panas. Namun hati?
"Hey, kenapa pulang lebih awal? tanya Mije (nama motorku).
"Kuliah sudah selesai," jawabku sedikit ketus.
"Tidak ikut kegiatan yang lain?" tanyanya lagi.
"Hari ini aku absen dulu."
"Apakah kelas meperlakukanmu dengan sangat baik?"
"Tentu. Kelas sangat baik. Aku saja yang seharusnya lebih memahami mereka."
Semoga Mije tidak dapat mendengar nafas panjangku.
"Lalu, bagaimana dengan dia? Apa dia juga memperlakukanmu dengan sangat baik?
"Dia? Dia masih tetap sama. Selalu menjadi kesayanganku yang aku bela," kali ini aku tersenyum bodoh saat Mije mengajak membahas "Dia".
"Oke. Sekarang naiklah. Kita bersiap menuju rumah," Mije menghiburku.

Dalam perjalanan...
"Hai... Apa aku terlihat cantik hari ini?" tanya senja.
"Oh, senja. Maafkan aku. Kau terlihat gelap dari sudut mataku yang penuh linangan air mata," jawabku dengan penuh rasa sesal.
"Tidak masalah. Aku akan menemuimu lagi esok, setelah air matamu kering dan tak ada yang membuatmu menangis lagi," kata senja sembari pergi.

"Selamat datang kembali..." rumah memberiku sambutan dengan begitu hangat.
"Hai, terima kasih telah menyambutku," jawabku.
"Apakah kau bahagia hari ini?" rumah bertanya.
"Percayalah, tidak ada yang membuatku bersedih hari ini. Hanya saja debu di luar begitu banyak sehingga membuat mataku berair," jawabku sambil mengusap air mata.
"Baiklah, lain kali belilah kaca mata. Aku tidak tega melihatmu yang setiap pulang kerumah selalu dalam keadaan mata yang berair."

Malam menjelang...
"Hai, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya tempat tidur.
"Jangan banyak tanya, aku mengantuk," jawabku dengan nada yang kesal karena berulang kali mendengar pertanyaan yang sama.
"Baiklah, maafkan aku. Sekarang kau boleh tidur."
"Lelapkan saja aku dalam dekapmu. Beri aku mimpi yang baik-baik saja malam ini."
"Aku berjanji hari esokmu pasti lebih indah. Percayalah..."

Lalu di dalam mimpi, Tuhan memelukku, menenangkanku. Ada tangung jawab yang sangat besar di setiap bahu yang sangat rapuh, yang memiliki keinginan untuk mampu terbang tinggi.
Tuhan bersama setiap orang yang berusaha kuat.
Bahwa tidak ada yang salah pada setiap mimpi yang baik dan mulia. Tumbuhlah menjadi wanita yang kuat, Rav! Ada banyak mimpi yang belum kau capai. Percayalah, Tuhan selalu ada di setiap sisi di mana kakimu melangkah...

Minggu, 05 Mei 2013

Di Suatu Senja, Pada Waktu yang Salah

Senja saat itu pasti akan terasa sangat indah bila aku tidak menghancurkannya sendiri. Aku terlalu memusatkan pandanganku pada satu orang yang bahkan tidak pernah berpikir bahwa "aku ada". Iya. Aku selalu begitu. Terlalu menyempurnakannya. Melihatnya hingga larut, lalu mengalihkan pandangan bila dia tak sengaja menangkap mataku.

Saat itu aku sedang melihat dia yang sedang berdiri sambil sibuk dengan sesuatu yang sedang di tangannya. Aku bisa tersenyum kecil, dan jantungku bergejolak, hanya dengan memandang punggungnya.
Hingga tidak sengaja, aku melihat arah pandangan matanya yang tiba-tiba saja berpindah. Mungkin saat itu, baginya ada yang lebih menarik dari apa yang saat itu sedang dia genggam. Pandangannya pindah ke suatu sumber suara. Aku tidak tau apa yang sedang ada di dalam hatinya saat melihat seseorang itu. Namun aku begitu detail melihat expresinya yang saat itu sedang... bahagia. Entah sebahagia apa, namun expresi setiap orang yang sedang jatuh cinta, kurang lebih sama.

Aku yang beberapa menit lalu sangat bahagia, berubah drastis menjadi... bingung. Iya. Aku bingung. Mengapa aku masih saja mau bertahan dalam bahagia yang tidak nyata. Dia hanyalah sebuah mimpi. Dan sebuah mimpi, tidak akan pernah memimpikan sang pemimpi.

Seandainya aku tidak selama itu melihatmu
Seandainya aku tidak menangkap matamu yang melihat ke arahnya
Atau...
Seandainya aku memiliki upaya untuk bisa menjadi yang kau lihat


Aku melihatmu begitu tulus.
Kau melihanya, entah setulus apa.
Bukan salahmu.
Pun dari awal aku sudah tau konsekuensi jatuh cinta sendirian...