Selasa, 31 Desember 2013

Goodbye Hello

Goodbye 2013

2013 telah banyak memberiku hal-hal ajaib. Aku sangat berterima kasih. Walaupun ada sakitnya, tapi aku ingin banyak-banyak menyerap manfaatnya.
Aku menyebut tahun 2013 sebagai tahun pembelajaran. Sebab di tahun ini, aku belajar banyak. Mulai dari kuliah, sosial, public speaking, tanggung jawab, dsb.
Di tahun ini juga aku telah "melahirkan anak". Anak yang kelahirannya telah aku nantikan sejak 2012. Alhamdulillah sekarang dia sudah lahir.

Hello 2014

Aku berharap di tahun ini, aku bisa mewujudkan resolusi tahun 2013 yang belum penuh. Aku pengen anakku bisa semakin beranak pinak, bermanfaat bagi orang banyak. Aku pengen bisa selalu nyenengin keluargaku. aamiin. Ini bagian paling penting.
Dan untuk kamu...
Aku tidak ingin menaruh banyak harapan. Aku tidak pernah meminta apa-apa kepada Tuhan perihal aku dan kamu. Tahun ini juga begitu. Sama. Aku tidak berdoa perihal kita.

Sebenarnya, berdoa tidak hanya tahun baru saja. Ini hanya garis besar. Atau anggap saja, tulisan ini sebagai pembatas di blog antara tahun 2013 dan 2014. Bisa juga sebagai pertanda bahwa aku mengucapkan terima kasih untuk 2013, namun tetap memiliki mimpi di tahun berikutnya.

Tidak semua aku tulis di sini.

Selamat tahun baru, bagi siapapun yang membaca ini. Aku doakan mimpi-mimpi baikmu segera terkabul. Tuhan sayang kalian. :))

Senin, 30 Desember 2013

Menjangkau Kamu

Mengurut dengan detail setiap gerak pena
Sebisa mungkin merangkai kalimat agar mudah dipahami
Menangkis secara halus imajinasi yang keliru
Beradaptasi dengan pesona yang selalu kusalah artikan

Berjuang melawan tempaan
Berkata "tak apa" meski air mata berupa darah
Menerima dengan sangat pasrah saat cintaku kau tepuk
Menutup telinga dengan sangat rapat saat namanya mulai kau sebut

Aku ilalang yang akan bertahan saat kau injak
Namun tetap saja aku akan mati saat kau pisahkan dari tanah
Aku pujangga yang selalu menulis tentangmu
Meski berulang kali orang lain menganggapku pengemis

Bila lelaki yang paling aku rindu
Adalah lelaki yang paling jauh dari jangkauan
Biarkan aku mundur dengan sangat teratur
Lalu berkabung dalam puisiku

Kata #8

27 - 29 Desember 2013

Student camp tahun ini laksanakan di pacet. Kalau tahun kemarin aku jadi peserta, tahun ini aku jadi panitia

Di sini, aku banyak melakukan hal "serba pertama kali". Berikut rinciannya.
  1. Makan Bakso di Depan Surga
    Awalnya nggak kepikiran buat ngelakuin ini. Tapi diajakin si Raffi. Katanya, "Ayo Rav, kita eating bakso in front of paradise". Haha. Emang beneran. Pemandangan di sana bagussssss banget. Ada gunung, sawah, pohon-pohon, kabutnya ramah. Yaaa. Pokoknya lukisan Tuhan nggak bakal bikin bosen lah. Raffi juga bilang. "Menikmati bakso in front of paradise sebelum negara api menyerang". Hahaha. Maksud Rafii, negara api itu..... ya gitu lah. Tahu sendiri. hihihi. piss.
  2. Membangun Tenda.
    Sebenernya pernah bangun tenda. Tapi tenda yang langsung jadi gitu. Tenda yang bisa berdiri tegak tanpa memerlukan pasak. Ini tendanya besar banget. temenku bilangnya barak (bukan barak obama). Ini tenda buat pengungsian gitu. Panjangnya 12 meter.
  3. Bubuk di Barak
    Semua panitia bubuk di satu barak. Iya, semua. *if you know what I mean* hihi. Bercandaaaaaa.
  4. Ketiduran di Pinggir Sawah
    Sewaktu jaga pos tengah malem, karena kelamaan nunggu peserta, aku ketiduran di sawah-sawah. Eh, bangun-bangun mengigil.
  5. Mengigil Parah
    Ini pertama kalinya aku kedinginan sampek mengigil kayak gini. Badanku geter, nggak bisa aku kontrol. Waktu itu nggak ada satu orang pun yang nolongin aku (kasian banget aku). Padahal mereka tahu aku mengigil, tapi tetep ajah dicuekin. Mereka cuman bilang "Pakai minyak kayu putih ajah" sambil nggak liat ke arahku.

    Aku nyari temenku (Nindy sama Sarah) yang insyaAllah pasti nolongin aku, tapi mereka lagi nggak sama aku. Sempet nelpon Risa selaku koordinator kesehatan, tapi dia juga jauh dari banget dari aku. Dia kebingungan, sempet nyuruh aku minum tolak angin. Aku sampek nggak enak sama Risa. (Demi Tuhan, aku nangis pas nulis artikel bagian ini. Inget-inget betapa sedihnya aku terlahir di antara mereka). Ya ampun. Ternyata gini rasanya mengigil. Tangan susah kebuka. Begitu berhasil megang HP, bolak-balik mau jatuh.

    Aku kira aku mau mati waktu itu. Hampir ajah nelpon Ibuk di rumah. Tapi takut mereka malah khawatir. Akhirnya aku cuman mengobati diriku sendiri dengan mengatur "mindset" sambil baca doa-doa (terutama syahadat). Aku kira aku menghembuskan nafas terakhir di sana. Tapi Alhamdulillah Tuhan masih memberiku kesempatan. Kedengaran lebay. Tapi ini kenyataan.

    Pas besoknya, ada peserta (maba cantik) yang mengigil persis kayak aku. Dan kalian tahu? Yang nolongin banyaaaaaaaak banget. Lalu aku tersadar bahwa "selain orang miskin, orang jelek pun nggak boleh sakit". Jadi lain kali, aku harus jadi orang cantik dulu baru boleh minta tolong. Gitu.
  6. Dua Kali Mandi Bareng Nindy dan Sarah
    Ini bagian paling absurd. Nggak pantes diceritain. Tapi ya udahlah. Hahaha. Yang jelas, hal ini tidak akan terjadi kalau antrian kamar mandi tidak berjubel. Setidaknya, kami bertiga dapat membantu memperpendek antrian.
  7. Games Bareng Satu Departemen Multimedia Kreatif
    Ya. Ini pertama kalinya basah-basahan bareng orang sebanyak ini. Lempar-lemparan air, dan sebagainya. Anggap saja aku bahagia di bagian ini. Walaupun pada akhirnya, aku tetap menjadi mahasiswi yang ingin cepat lulus dan berhenti menatap wajah mereka.

Sekian seklumit cerita dari pacet. Mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata. Aku hanya tidak dapat berbohong saat menulis.

Salam.

Minggu, 29 Desember 2013

Welcome, Capricorn!

26 Desember 2013, 11:28

Selamat datang di bumi, Capricorn.

Terima kasih, telah ikut berjuang untuk berpijak di bumi ini. Kamu seperti anak pertamaku yang akan membuatku bangga suatu hari nanti.

Aku bangga melihatmu, sungguh. Sekarang memang belum waktumu terbang. Tapi sebentar lagi, kamu pasti akan menjukkan kepada dunia bahwa kamu ada.

Terima kasih, Nak. Telah membantu untuk memecahkan resolusi tahun 2013-ku.

Jadilah anak baik-baik. Buat agar dunia melihatmu, menyanjungmu. Agar lebih mudah bagimu dan bagiku menyampaikan banyak hal baik.

Kelahiranmu adalah perjanjian antara Tuhan dan aku bahwa kamu akan membawa pengaruh yang baik bagi bumi.

Bismillah. :')

Rabu, 25 Desember 2013

Kata #7

Cemburuku sedikit. Keinginanku untuk melihatmu bahagia yang banyak.

Suatu hari, saat aku sangat berusaha tertawa selebar mungkin.

Kata #6

"Adakah bagian dalam diriku yang salah waktu itu?"
Aaaahh.., bukankah orang yang jatuh cinta selalu ingin merasa benar? Jadi maklumlah.

"Apakah aku membuatmu malu di hadapan yang lain?"
Namun bila kamu nikmati, semua "malu"mu akan berubah menjadi bahagia tak terkira. Aku begitu. Percayalah.

"Saat tatapan mata kita mau tak mau harus bertemu, apa yang kau rasakan?"
Kalo aku, berusaha tidak merasakan apa-apa. Tapi ada bagian dari hati yang benar-benar tidak bisa berbohong.

Aku tahu hanya aku yang salah tingkah di hari itu. Kamu tidak. Tapi bisakah kamu berpura-pura salah tingkah sepertiku? Aku hanya sedang ingin dibuat GR. Sudah lama tidak merasa begitu.

Ah sudahlah. Aku ingin membiarkan semua berlalu. Sebab bisa jadi, kamu hanya menganggap semua hanya kebetulan.


Sore hari, saat aku dan kamu berada di satu presentasi.
Saat kita sama-sama berjuang untuk hal yang sama.

Kata #5

Terlalu banyak yang ingin aku jelaskan, aku tulis, dan aku ceritakan. Sampai akhirnya aku memilih diam karena tak tahu bagian mana yang harus lebih aku dahulukan.

Namun satu hal yang perlu kau tahu, bahwa
aku tak mungkin memulai tindakan apapun meski harapku nyaris kadaluwarsa.

Minggu, 22 Desember 2013

Kata #4

Ini bukan dongeng, atau fabel. Ini hanya sedikit cerita tentang lintah...

Semalam.., aku dan beberapa teman seperjuangan yang selalu mengaku "berani mati takut lapar" pergi ke pacet. Kita tracking, melewati dinginnya sawah yang penuh kabut. Sampai malam kita berada di sana.

Malamnya, kita juga tetap tracking. Dengan gerimis kecil-kecil, jalanan licin, jadi kita harus saling membantu satu sama lain dengan berpegangan tangan. Pada bagian ini, dalam hatiku bernyanyi (kemesraan ini, janganlah cepat berlalu~) *well* *skip*

Setelah selesai.., kita balik ke tempat awal. Lalu ada seorang teman yang heboh karena di kakinya ada lintah. Aku pun juga ikut teriak, heboh (tahu sendiri kan gimana aku). Dan aku baru tahu. Ternyata kalo habis ketempelan lintah, keluar darah lumayan banyak. Serem. Aku jadi parno. Alhasil aku ngecek kakiku, berharap nggak ada lintah di sana. Alhamdulillah. Tapi teman-temanku, kasian. Di badannya banyak banget lintah sampek berdarah-darah.

Aku masih ngeri dalam perjalanan pulang. Tapi di sisi lain, kenapa aku kasihan sama lintah, ya?

Di atas motor, sambil ngantuk, aku berpikir. Semisal aku dan teman-temanku tidak berada di sana, lintahnya makan apa. Lintah kan penghisap darah. Terus kalo nggak ada yang bisa dihisap, apa yang dilakukan oleh lintah?

Aku sedih. Tapi kalo darahku dihisap lintah, ya aku nggak mau.

Ah sudahlah. Kita memiliki hidup masing-masing, Aku dan lintah, ada baiknya tidak saling mencampuri urusan masing-masing.

Bye bye lintah. Jaga hidupmu baik-baik. Jangan mengganggu teman-temanku lagi, ya.

Jumat, 20 Desember 2013

Kata #3

Seandainya hari ini aku bangun lebih awal. Tentu aku akan berada di pantai bersamamu.

Namun meski aku tak di sana. Ragaku selalu berada di antara kamu dan bayanganmu. Suaraku adalah suara yang menyenandungkan namamu.

Sekarang.., yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu ruang, waktu, dan alam memilih kita.
Hanya kita.

Kamis, 19 Desember 2013

Kata #2

Kamu masih menjadi senyum di pagi butaku
Leleh bersama embun di pekarangan
Mimpi yang semalam
Adalah kenyataan yang belum kugenggam

Aku mengasihimu
Entah sedalam apa
Aku menginginkanmu
Entah senekad apa

Namun malam tetaplah malam
Dengan gulita tanpa ampun
Bila peluk adalah pinta yang muluk
Biarkan aku remuk pada hati yang terus mengamuk



Sampai saat ini, aku masih mengingat kejadian semalam -
saat lutut kita bersinggungan, saat kau bercerita,
dan saat itu juga aku ingin memelukmu.

Kata #1

Hari ini banyak yang kita bicarakan. Terutama saat orang-orang itu meninggalkan kita duduk berdua di bangku kantin pukul 9 malam.

"Aku capek sebenernya," katamu.

"Aku jauh lebih capek saat kamu bilang bahwa kamu capek," batinku.

"Aku nggak ngerti musti gimana. Berasa sendirian, nggak ada yang ngebantuin," lanjutmu.

"Aku di sini. Setiap saat ngeliat kamu, aku selalu ngawasin kamu. Kamu nggak sendirian," kataku dalam hati.

Hari ini kamu bercerita banyak. Mungkin kamu lupa apa saja yang sudah kamu ceritakan. Tapi aku, selaku penikmat sejarah, akan berusaha menyimpannya dengan sangat rapi dalam memori.

Biarkan aku menjadi pendengarmu. Penikmat alunan suaramu, juga cerita-cerita yang kau hidangkan. Dan untuk banyak kata yang selalu tercekik pada pita suaraku, maaf. Aku belum begitu ahli mengucapkan sesuatu yang seharusnya aku ucapkan.

Aku tidak tahu apa yang kau rasakan malam ini. Aku juga sedang tidak berminat untuk mengkhayal bagaiman perasaanmu. Aku hanya tidak ingin kau menyesal akibat kebersamaan kita yang bermula dari "random pembagian kelompok". Satu hal yang aku ingin kau tahu. Bahwa aku sudah merasa bahagia saat kau memutuskan untuk memulai pembicaraan.

Terima kasih karena kamu sudah sangat ahli dalam menutupi semuanya, seolah-olah tidak ada apa-apa. Maaf untuk banyak hal. Walau rasaku belum sepenuhnya hilang. Namun aku berusaha untuk hal itu.


"Aku sangat menikmati kebersamaan kita" aku ingin kau mengucapkan kalimat itu suatu hari.

Sabtu, 07 Desember 2013

"...rasaku masih ada. Hanya aku tutupi kadang-kadang..."

"...rinduku masih rajin bergelayut. Hanya tak kuakui adanya..."

"...mataku masih memuja punggungmu. Hanya aku alihkan saat kau berbalik..."

"...semuanya masih tetap sama. Meskipun orang lain berusaha menjadikannya menjadi tak sama..."

Terima Kasih Sudah Tersenyum


Saat kau melihatku melakukan hal bodoh. Lalu kau tersenyum - lama. Kemudian kau melirik ke arahku, dengan senyum yang semakin merekah. Yang aku lakukan hanyalah pura-pura tidak melihatmu. Sebab aku tahu, lirikan matamu tak akan pernah sanggup aku atasi.

Siang itu, aku tidak pernah menyangka mendapat kesempatan itu lagi. Aku tahu betul bahwa aku sedang kegeeran. Tapi setidaknya bahan bakar ini cukup untuk menjadikanku alasan untuk semangat berangkat ke kampus.

Malamnya, aku semakin gencar untuk bertingkah bodoh. Tak apa, sementara begini. Aku hanya sedang ketagihan menemukan saat-saat kau melirikku, dan aku yang pura-pura tidak melihatmu.

Terima kasih sudah tersenyum. Aku ingin tahu bahwa kau tahu, semua ini memang untukmu.



Setelah kau membaca ini, aku berharap kau tidak berhenti tersenyum. Meski ada ORANG LAIN yang selama ini mengganggumu, terus mengancammu.