Jumat, 09 Oktober 2015

Kepada yang Menatapku Tiada Henti

Kuakui bahwa pada awalnya aku terkesan. Namun terkesan saja rasanya tidak cukup dijadikan alasan untuk mengambil keputusan. Aku ingin bertindak cepat, namun tidak ingin terburu-buru seperti biasanya.

Beberapa waktu ini, kupikir persembunyian adalah langkah yang tepat. Untuk berkaca apakah selayaknya aku ditinggalkan atau diperjuangkan. Tidak bertemu orang-orang, bahkan melalui huruf. Memikirkan pikiran orang-orang masih menjadi hal menakutkan, ternyata.

Aku pernah tertawa sambil menyimpan dendam. Aku banyak bicara sebab sakit hatiku menerima pengabaian seseorang. Barangkali orang yang kupikir ingin menciumku sedang mempersiapkan diri untuk mengigit bibirku. Tiada yang tahu. Atau sahabat yang menangis bersamaku, sedang mempersiapkan liburan tanpaku, di belakangku?

Salah satu alasan orang menulis sebab tidak sanggup menanggung semuanya. Seperti banyaknya kata-kata dan rayuan lelaki di luar sana, yang kutahu tidak lebih indah dari penulis yang tidak ingin disebut penulis. Atau yang memang sangat indah, namun aku tahu sumbernya. Bukankah seharusnya puisi tidak disampaikan oleh penipu?

Tuhan, lukaku belum kering. Kalau seseorang hanya datang untuk membasahi kemudian pergi, kumohon jangan dikirim sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar