Minggu, 03 April 2016

Hari Rabu yang Biru

Waktu adalah perkara yang tak pasti
Sementara kekuatan menunggu
sangat bergantung pada bagaimana jalannya imajinasi saat itu
Di hari Rabu, kamu datang lebih dulu
beserta minumanku yang sudah ada di atas meja
Yang aku ingat, kita tersenyum bersamaan meski kamu yang melambai ke arahku lebih dulu

Kamu bertanya tentang usia dan cita-cita
Sebelum pada akhirnya menjadi pencerita tak kenal waktu
Aku tertarik dengan cerita keluargamu
Memikirkan mereka sambil membayangkan jamuan makan malam di sana
Membayangkan gelak tawa mereka yang dihasilkan oleh perempuan yang mencintaimu ini

Dinginnya udara sepakat dengan pertemuan kita malam itu
Mereka tak mau berhembus selain ke arahku
Menjadi beku belum pernah sedamai ini sebab pilihan terbaik ada di hadapanku
Meski waktu selalu tidak setuju dan menuju ke jalan yang ia mau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar