Sabtu, 14 April 2012

Andai Penulis Menjadi Satu

Dia juga penulis.
Juga? mengapa aku menulis "juga"? yaa, anggap saja aku sudah menjadi penulis.
Dia yang aku maksud adalah seseorang, yang... belum bisa kusebutkan namanya. Namun aku selalu berharap bisa menyebut namanya secara langsung. Tanpa merasa canggung.
Dia. Bukan penulis novel, atau penulis asli. Yang pergi ke cafe, membawa laptop, dan terlihat sibuk. Bukan, dia bukan seperti itu. Hmm, agak rumit menjelaskan profesinya. Namun tidak serumit saat aku menebak isi hatinya. Well, dia tidak mengaku bahwa dia penulis. Seperti yang biasa aku lakukan. Padahal secara teknik, dia adalah penulis. Karena pekerjaannya, berkumpul dengan kertas, pena, dan... lingkungan.
Oke. Tidak begitu penting memikirkan apa profesinya saat ini. Tapi sekarang aku memikirkan, bagaimana jika penulis dipersatukan. Penulis pacaran sama penulis. Atau penulis menikah sama penulis.
Mari dibayangkan...
dari awal kenalan, pdkt, pacaran, menikah, bulan madu, punya anak, sampai tamat. nulisssss... terus.
Tiap tahun nerbitin buku bareng. Woww, that's so cool!!!
Kalo lagi bertengkar, pasti perang puisi. Haha...
Dikit-dikit nulis. Gila!!! Produktif banget.
apa lagi kalo keluarganya lebay. Kemana-mana bawa spidol, nyoret-nyoret di tembok.
Ini "Keluarga Sastra" atau "Keluarga Norak"??? Memang sulit dibedakan.
It's oke!!!
Aku hanya membayangkan betapa indahnya hidupku nantinya. Betapa bahagianya, hidup dengan puisi-puisi cinta. Dikelilingi syair-syair puitis. Merasa menjadi keluarga paling beruntung.
Berakhir tidaknya aku dan kamu. Aku selalu berharap yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar