Kamis, 09 Mei 2013

Dialog Hari ini

Surabaya, 08 Mei 2013

"Selamat pagi..." sapaku sambil tersenyum kepada bumi dan seisinya.
Tersenyum dan mengucapkan selamat pagi setelah bangun tidur, dapat merangsang energi positif masuk ketubuh kita. Benar tidaknya, itu adalah harapan dan doa. Dengan memulai hari dengan tersenyum, maka dunia juga pasti akan tersenyum bahkan lebih merekah.
"Sudah siap memulai hari?" kata pagi.
"Harus. Tuhan membuka mataku hari ini karena aku ditugaskan untuk mengubah dunia dengan mimpi-mimpi indahku," jawabku dengan tersenyum yang sedikit sombong.
"Baik. Jika begitu, berangkatlah untuk menuntut ilmu. Lalu berjanjilah untuk pulang membawa sesuatu yang bermanfaat," kata pagi lagi.
"Iya, iyaaa," jawabku meyakinkan sambil bersiap berangkat.
"Hati-hati di jalan. Dan jangan lupa untuk pulang dalam keadaan tersenyum," kali ini rumah ikut berbicara.

Sesampai di tempatku...
"Hai..." kampus menyapaku lebih dulu.
"Hai juga..." senyumku lebih merekah kali ini.
Aku berjalan menuju lantai 3 setelah memarkirkan kendaraanku. Sama seperti yang lain, kelas juga menyapaku dengan sangat ramah.  Aku duduk di tempatku, dan melakukan aktifitas seperti biasanya.

Hari semakin siang. Suhu semakin panas. Otak mulai lelah, namun seharusnya senyum tetap merekah. Mengapa setiap orang harus berteriak bila ingin ucapannya didengar? Mengapa sebagian besar orang mengambil keputusan sepihak tanpa menanyakan terlebih dahulu? Aku hanya ingin menerima hak setelah kewajiban telah aku penuhi. Itu hakku, dan kamu tidak seharusnya merasa kehilangan setelah hakku kamu berikan untukku, bukan?
"Sabarlah, jangan ikut berteriak," sisi kanan berbicara.
"Semua berteriak, mengapa kau diam saja? Berteriaklah! Kau punya hak untuk memilih. Jangan biarkan seorang pun memilihkan jalan untukmu," sisi kiri menyahut.

Sore hari, suhu tidak begitu panas. Namun hati?
"Hey, kenapa pulang lebih awal? tanya Mije (nama motorku).
"Kuliah sudah selesai," jawabku sedikit ketus.
"Tidak ikut kegiatan yang lain?" tanyanya lagi.
"Hari ini aku absen dulu."
"Apakah kelas meperlakukanmu dengan sangat baik?"
"Tentu. Kelas sangat baik. Aku saja yang seharusnya lebih memahami mereka."
Semoga Mije tidak dapat mendengar nafas panjangku.
"Lalu, bagaimana dengan dia? Apa dia juga memperlakukanmu dengan sangat baik?
"Dia? Dia masih tetap sama. Selalu menjadi kesayanganku yang aku bela," kali ini aku tersenyum bodoh saat Mije mengajak membahas "Dia".
"Oke. Sekarang naiklah. Kita bersiap menuju rumah," Mije menghiburku.

Dalam perjalanan...
"Hai... Apa aku terlihat cantik hari ini?" tanya senja.
"Oh, senja. Maafkan aku. Kau terlihat gelap dari sudut mataku yang penuh linangan air mata," jawabku dengan penuh rasa sesal.
"Tidak masalah. Aku akan menemuimu lagi esok, setelah air matamu kering dan tak ada yang membuatmu menangis lagi," kata senja sembari pergi.

"Selamat datang kembali..." rumah memberiku sambutan dengan begitu hangat.
"Hai, terima kasih telah menyambutku," jawabku.
"Apakah kau bahagia hari ini?" rumah bertanya.
"Percayalah, tidak ada yang membuatku bersedih hari ini. Hanya saja debu di luar begitu banyak sehingga membuat mataku berair," jawabku sambil mengusap air mata.
"Baiklah, lain kali belilah kaca mata. Aku tidak tega melihatmu yang setiap pulang kerumah selalu dalam keadaan mata yang berair."

Malam menjelang...
"Hai, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya tempat tidur.
"Jangan banyak tanya, aku mengantuk," jawabku dengan nada yang kesal karena berulang kali mendengar pertanyaan yang sama.
"Baiklah, maafkan aku. Sekarang kau boleh tidur."
"Lelapkan saja aku dalam dekapmu. Beri aku mimpi yang baik-baik saja malam ini."
"Aku berjanji hari esokmu pasti lebih indah. Percayalah..."

Lalu di dalam mimpi, Tuhan memelukku, menenangkanku. Ada tangung jawab yang sangat besar di setiap bahu yang sangat rapuh, yang memiliki keinginan untuk mampu terbang tinggi.
Tuhan bersama setiap orang yang berusaha kuat.
Bahwa tidak ada yang salah pada setiap mimpi yang baik dan mulia. Tumbuhlah menjadi wanita yang kuat, Rav! Ada banyak mimpi yang belum kau capai. Percayalah, Tuhan selalu ada di setiap sisi di mana kakimu melangkah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar