Rabu, 01 Januari 2014

Kata #9

Pagi ini aku datang ke sidang Kerja Praktek kakak kelasku. Acaranya sampai sore. Tapi aku hanya mengikuti sampai jam 12 siang saja. Karena di rumah aku juga memiliki banyak pekerjaan. Selain itu, aku pikir aku sudah tidak dibutuhkan lagi di sana.

Sampai rumah, aku mengecek HP. Ada 3 SMS dan 1 panggilan tak terjawab. Isi SMS-nya, mereka menyuruhku untuk datang ke kantin kampus. Kalo jarak kampus dan rumahku deket, nggak masalah. Nah ini? Jauh.

Tadi ke mana ajah sih? Kok nggak bilang dari tadi. Aku orang penting. Jadi kalo ada apa-apa, buat janji dulu. Jangan dadakan. Semisal kalian udah bikin janji, aku nggak mungkin pulang duluan.

Ada telpon masuk...

"Halo.., ada apa?" kataku.

"Kamu di mana? Ini si *sensor* mau ada perlu" jawab seseorang di seberang.

Aku tidak mendengar dengan jelas lagi apa yang telepon seberang bicarakan. Yang aku dengar hanyalah, seseorang yang berteriak, "mulihan... mulihan..."

FYI, mulihan adalah orang yang suka pulang.

Lantas saja aku menutup teleponnya. Bukan apa-apa. Aku hanya tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan orang tidak waras. Hidupku terlalu indah bila aku habiskan hanya untuk berbicara dengan pemilik mulut kotor.

Ya. Aku ketua komunitas film. Aku juga tahu tanggung jawabku sebagai ketua belum benar penuh. Tapi pekerjaanku juga tidak hanya di sana. Aku membagi waktuku. Aku pulang ke rumah tidak untuk tidur. Semua ada alasannya. Mungkin teman-teman yang sering di kampus adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan. Jadinya hidupnya hanya di kampus. Maaf. Jangan tersinggung. Tapi setahu saya, orang penting tidak akan memiliki waktu untuk main-main dan bercanda tidak penting di kampus. Apalagi meneriakkan hal tidak jelas melalui telepon.

Aku minta maaf. Aku bukan orang sempurna. Tapi selalu berjuang untuk ke sana.

Dan.., aku paling nggak suka dikatain mulihan. Kalaupun aku mulihan, ya itu hakku. Rumah-rumahku, motor-motorku, bensin-bensinku.

Dari dulu aku nggak suka ada di tempat ini. Orang-orangnya terlalu banyak menuntut tanpa memberi apa-apa. Maaf. Aku yang salah. Seharusnya aku lebih sabar lagi. Sekali lagi, maaf. Aku sedang berjuang beradapatasi berada di lingkungan kalian yang serba kotak dan kasar.

Sebenarnya sejak dulu. Tapi ini klimaksnya. Ya. Aku muak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar