Jumat, 08 Maret 2013

Tak Seorang Pun Berhak Mem-BULLY

Tiba-tiba aku mengingat...
Cerita tentang remaja SMK yang berada dilingkungan baru. Sebuah lingkungan yang diharapkan mampu membawa hidupnya lebih baik lagi. Sebuah lingkungan yang diharapkan bisa menerimanya, seperti dia yang menerima apapun yang ada di sini.
Namun kebencian tidak selalu beralasan. Rasa benci tidak hadir dari seseorang yang dibenci. Namun hadir dalam diri seseorang yang memiliki kebencian, dan semakin memeliharanya. Ya. Rasa benci yang ada di dalam diri itu sebenarnya tidak ada. Hanya saja diri itu yang memeliharanya, dan menjadikannya ada.
Sama seperti remaja SMK itu. Tidak benar-benar tau mengapa dibenci, diabaikan, dan tidak dianggap. Yang dirasa hanyalah; semuanya jauh dan semakin menjauh. Lingkungan baru yang diharapkan bisa mendukungnya, ternyata malah berusaha menendangnya. Kenapa? Kenapa remaja itu begitu tidak disukai? Apakah karena dia bodoh? Lantas bagaimana bisa mengambil kesimpulan bahwa dia bodoh? Sedangkan kesempatan saja tidak pernah kalian beri untuknya. Terbukti ketika ada lomba dikelas dan remaja itu ingin mengikutinya, namun kalian malah tidak mengizinkan dia ikut. Dan ketika pembagian kelompok untuk tugas, adakah yang mengajaknya? Entahlah. Padahal itu baru-baru awal masuk sekolah, awal berkenalan, dan kalian kompak membecinya? Miris sekali.

Remaja yang berusaha untuk tangguh itu mulai bangkit. Tidak mungkin bersedih terlalu lama. Tidak mungkin juga memaksa seseorang untuk menyukai dirinya. Dia mulai berusaha untuk membuat orang lain percaya akan dirinya. Yang dia lakukan sederhana, seperti mengikuti komunitas di luar sekolah yang bisa menerima. Komunitas yang dia ikuti adalah komunitas menulis. Dan di sana ada banyak lomba-lomba yang mendukungnya. Karena latihan yang begitu keras, akhirnya remaja itu berhasil memenangkan beberapa lomba, dan mendapat kesempatan menulis buku.

Kini pemandangan berbeda ada di kelasnya. Teman-teman yang dulu begitu tidak menganggapnya, kini mulai banyak yang mendekati. Bahkan tidak jarang diantara mereka minta bantuan kepada seorang yang pernah dibully tersebut. Dan remaja yang menjadi korban bullying itu benar-benar tulus memaafkan meskipun tak pernah terdengar satu kata maaf pun. Kini dia memiliki teman semakin banyak. Dan sering berebut untuk berteman dengannya.

Tak terasa, hari kelulusan tiba. Ternyata korban bullying itu mendapat peringkat pertama dan mendapat penghargaan saat wisuda. Selain itu, dia juga berhasil menerima beasiswa di perguruan negeri. Dia diterima sendirian, tidak bersama teman-temannya. Teman-teman yang dulu sering membully, tidak dapat diterima di universitas pilihannya. Mungkin mereka tidak percaya. Teman yang dulu begitu dianggap bodoh, kini melenggang dan menari-menari menuju kampus impiannya dengan membawa piala.

Kini, remaja itu masih berusaha menjadi lebih baik lagi. Berjanji untuk tidak akan balas dendam dengan siapapun, dan berjanji untuk tidak akan sombong. Karena bagaimanpun juga, semuanya adalah pemberian Tuhan. Kini... remaja itu sedang berusaha untuk bermetamorfosis menjadi seorang wanita. Wanita yang dewasa, penuh kasih, dan tangguh. Mendapat perlakuan baik itu tidak harus. Namun memberi perlakuan baik itu harus. Harus bagi jiwa yang berfikir.


Pesan dari cerita nyata tersebut adalah...
Kita tidak boleh menganggap rendah orang lain. Bullying tidak hanya kekerasan fisik. Namun juga kekerasan batin. Luka ditubuh kita, bisa saja terobati. Namun dokter mana yang mampu mengobati luka batin dengan lekas tanpa sisa? Siapapun, tidak berhak melakukan bullying kepada orang lain dalam bentuk apapun. Meskipun korban bullying tidak pernah berdoa untuk keburukan sang pelaku bullying, tetap saja Tuhan mendengar jeritan hati yang tak tersampaikan. Tuhan Sang Maha Pencipta, tak akan membiarkan hambanya tertindas. Pelaku bullying juga tidak akan pernah menjadi orang sukses. Pelaku bullying hanya dapat melihat korbannya berada dipuncak kesuksesan. Pelaku bullying tidak akan pernah ada yang sukses. Tidak pernah. Karena dia hanya bekerja untuk menjatuhkan orang lain, tanpa berusaha memajukan dirinya sendiri.

Dan...
Teruntuk korban bullying. Jangan pernah takut. Tuhan tak mungkin membiarkanmu berada dikeadaan tertindas selamanya. Tetaplah berbuat baik. Semakin dibully, semakin tangguhlah untuk membuktikan bahwa kamu tidak pantas mendapat perlakuan itu. Pergilah ke tempat suksesmu, lalu gapai bintangmu. Tak peduli berapa banyak orang menjatuhkanmu. Tuhan akan membuatmu bahagia dengan cara-Nya sendiri.

Someday I'll be living in a big ol' city
And all you're ever going to be is mean
Someday I'll be big enough so you can't hit me
And all you're ever going to be is mean
Why you gotta be so mean?

Taylor Swift - Mean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar