Minggu, 20 Januari 2013

Celah dan Resah

Seperti hari sebelumnya, hari ini pun terjadi pertengkaran atas seluruh organku. Atau mungkin, aku sendiri yang menyebabkannya bertengkar? Masih mencoba mencari celah, dan menganggapnya ada.
Aku masih diam, bersama segala rasa takutku. Dan kau juga diam, karena memang biasanya aku yang memulai pembicaraan.
Aku menenangkan diriku, sendirian. Sambil mengumpulkan tenagaku untuk melihatmu, dan mencoba mengatakan sesuatu. Untukmu yang duduk di depanku, apa kau bisa mendengar degup jantungku? Atau mungkin kau juga menikmati degup jantungmu yang sedang memuncak? Ah, aku sedang tidak ingin menghayal sekarang.
Kali ini, bisakah kau yang memulai bicara? Tak ada yang bisa kulakukan di hadapanmu, selain mematung. Apa saja, bicaralah. Aku yang akan mengikutimu. Kita tidak perlu memanggil orang lain untuk menyambungkan pembicaraan kita kan? Tidak perlu, karena ini tentang kita, aku dan kamu.

"Apa di sana, di hatimu, ada celah untukku?"
Aku masih belum memulai pembicaraan. Itu kalimat yang sejak tadi ada di kepalaku. Yang ingin ku katakan, namun aku masih berada dalam tahap latihan.
"Kau tidak perlu resah, karena celah ini memang telah penuh olehmu."
Aku baru saja berkhayal, kau akan mengatakannya setelah aku menanyakannya.

Kita masih diam, tetap di tempat awal. Berulang aku meneguk minumanku, berharap degup jantungku menjadi pelan. Namun gagal. Minumanku sudah hampir habis, dan tak ada kalimat yang terucap. Aku hanya menikmati kebersamaan kita, berada di dekatmu, meski dalam lamunan masing-masing.
Sebenarnya, apa yang kau rasa sekarang? Apa kau merasakan hal yang sama? Atau justru sedang bosan berada di tempatmu? Atau senang melihatku tergantung? Atau ada orang lain yang sedang kau tuju? Aku masih meraba.
Senja sudah akan pergi. Resahku belum terjawab.
Mungkin memang kita harus pulang. Dan kembali jika memang sudah sama-sama siap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar