Rabu, 13 Februari 2013

Aku, Kamu, dan Malam

Aku tidak mengatakan aku penulis. Hanya selalu merasa menjadi penulis saat tiba-tiba kamu muncul di pikiranku. Kamu seperti menjadi tokoh utama di ceritaku. Sosok yang begitu penting, dengan watak yang begitu sempurna. Ya. Ini aku menulis tentangmu. Lagi. Sebelum kamu benar-benar menghilang. Jangan! Kamu jangan menghilang. Meskipun aku tidak dapat berbuat apa-apa untuk menahanmu.

Ketika malam datang, aku merasa rinduku semakin kacau. Aku mengingat di mana saat aku mendapat kesempatan untuk bisa tertawa sangat lepas karenamu. Apa saat itu kamu juga tertawa? Aku iya. Semoga kamu juga. Nanti kalau aku sudah berani bertanya, akan aku tanyakan hal ini kepadamu.

Aku menyukaimu, dan cara bercandamu yang begitu pintar. Iya, kamu begitu pintar. Hingga aku tak ingin melewatkannya satupun. Aku senang kamu menghiburku malam itu. Lebih tepatnya, bukan kamu yang menghiburku. Aku saja yang merasa terhibur dengan apapun yang kamu katakan. Maaf, aku tidak pernah merasa biasa saat kamu bicara, kamu tau. Bahkan satu kalimat seperti, "Terima kasih" selalu aku artikan lebih jika itu aku dapat darimu. Dan degup jantungku otomatis begitu kencang hingga aku kepayahan mengaturnya. Puas?

Malam semakin larut. Namun waktu sedang berpihak kepadaku saat itu. Aku masih terjebak dan menikmati kondisi yang sama. Masih dengan rasa yang sama juga. Namun sepertinya kali ini semakin dalam. Entah apa yang ada dalam rencanamu. Kalau tidak ada aku di sana, aku akan menghilangkanmu di sini. Meskipun tidak tau membutuhkan waktu berapa lama. Ah sudahlah. Aku tidak sedang ingin membahas bagaimana nasib kita nanti. Yang sedang aku pikirkan, "Kamu sedang bersamaku sekarang, meski tidak di tempat yang sama. Cukup."

Entah apa yang kamu punya hingga membuatku begini. Entah apa yang aku inginkan darimu, hingga aku merelakan diri untuk bertahan dalam bayangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar